Girls diary (Part 1)

Hujan sore itu mengawali perjumpaan kami kembali sebagai sebuah keluarga. Meskipun beberapa dari kami tak dapat saling bertatap muka, tapi kami bahagia. Hangat, begitu mereka kembali memelukku dalam senyum yang sudah begitu lama aku rindukan. Ketika perbincangan mulai memasukki ruang dan waktu yang tak terbatas, kembali aku tertegun. Semua kisah yang terjadi membuat sebagian hatiku hancur. Beberapa dari kami terjebak dalam sebuah lingkar kesedihan yang sama. Kebodohan kami sebagai wanita seolah menjadi gelak tawa yang semu. Dan hari itu aku tersadar, bahwa mencintai adalah sebuah hal yang menyakitkan. Getaran itu ada, wanita harus dihargai, baik melalui bahasa verbal maupun non verbal. Kisah masalalu menyadarkan kami untuk mencari seseorang yang mau menerima, menghargai dan yang pasti mencintai kami dengan tulus. Lebih dari seorang sahabat, kami tersadar, kami terlahir sebagai wanita dengan titik-titik perjuangan yang seirama. Setelah jarak dan kesempatan berhasil memisahkan waktu, kami kembali bertemu dengan hal yang berbeda. Kedewasaan, toleransi, dan rasa saling menghargai kini telah melekat dari setiap pribadi kami. Satu yang terngiang selalu dalam benakku dari seorang sahabat, kita sebagai wanita, tak perlu mempertahankan mereka yang tak mengerti cara menghargai. Kita sebagai wanita, tak perlu terus menutupi semua keburukan pasangan atas nama cinta. Dan kita sebagai wanita, tak perlu menyesali setiap apa yang sudah berlalu. Mereka hanya sebagian dari masalalu yang berhasil membuat kita menjadi wanita yang tumbuh dengan ketulusan dan kesabaran meskipun melalui kesesakan dan air mata. Kisah ini akan terus berlanjut seiring dengan perjalanan dari kami, sepuluh hati. ❤

Komentar

Postingan Populer